“Saatnya untuk Menikah”
Mohammad Fauzil
Adhim, Yogyakarta: Pro-U Media (2012)
Reviewed
by Rakhmat Abril Kholis
“Tuhanku, jangan
biarkan aku sendirian.
Dan Engkau adalah
sebaik-baik Warits.”
(QS.
Al-Anbiya’:89)
“Karena itu kita
tidak bisa megenalnya kecuali melalui pergaulan yang betul-betul dekat selama
bertahun-tahun, dan itu hanya bisa dilakukan melalui pernikahan.
Satu-satunya
bentuk persahabatan dengan lawan jenis yang memungkinkan
untuk bersikap apa
adanya, mengetahui apa adanya, dan tidak ada ruangan yang
memungkinkan untuk
banyak berpura-pura
atau bersikap
manis terus-menerus,
terkecuali jika karakternya memang demikian.”
(Mohammad Fauzil
Adhim)
Karir atau menikah? Lanjut kuliah atau
menikah? Ah, mending dinikahin segera, daripada direnggut orang lain.
Nanti sajalah, kan masih mau mengabdi dengan lingkungan dan bangsa.
Menikah itu harus siap semuanya, tidak sebercanda itu. Saya belum pantas
untuknya. Dan berbagai pernyataan lainnya menjadi bumbu para kaula muda
yang mulai beranjak dewasa ataupun juga para pendewasa yang takut usia tuanya
hampa, tanpa kehadiran seorang penyejuk jiwa, pendamai hati, peneduh mata.
Pasangan yang mampu menjadi bagian dari tiap proses kesuksesan, bagian dari
ikhtiar menuju jannahNya. Merengkuh separuh agama. Ya, Menikah.
Rasanya
sekadar ungkapan apresiasi tinggi tidak akan cukup untuk disematkan kepada
penulis buku yang sangat menggugah ini. Ustadz Mohammad Fauzil Adhim dirasa
telah mampu mengoyak-ngoyak banyak pertanyaan mendetail perihal seluk-beluk pra
pernikahan. Pertanyaan yang banyak ia dapatkan diberbagai ruang-ruang seminar
diskusi, forum non-formal, tausiah, dan lain sebagainya. Ia telah berhasil
menjadi motivator pernikahan yang baik untuk para mahasiswa yang mendambakan
pernikahan, untuk para pekerja yang telah mapan, untuk para wanita karir yang
terlampau serius dengan pekerjaannya.
Buku
yang terdiri dari sembilan bab ini secara subtansi dinilai telah cukup baik
untuk menjadi rujukan pengantar bagi para insan yang merindukan pernikahan.
Dengan bahasa yang sangat sederhana disertai banyak kisah-kisah penuh hikmah
dari zaman Rasulullah dan para sahabat, hingga era abad pertengahan, buku ini
sangat terasa nikmat tukdibaca bagi semua kalangan. Tanpa banyak berkutat pada
tataran dalil halal atau haram, bid’ah atau tidak dan sebagainya, namun
bertumpu pada penalaran sederhana dengan konsep penqiyasan kisah serta
ucapan nabi semakin menambah kuat pemahaman para pembaca buku ini tentang
pernikahan dari akar hingga buahnya.
Pada
bagian awal, penulis membingkai para pembaca dengan narasi prasyarat yang harus
diutamakan sebelum melangsungkan prosesi pernikahan. Ini dimaksudkan agar
terdapat pondasi yang kuat untuk para pembaca dalam memaknai betapa pentingnya
persiapan. Beberapa hal seperti pembekalan akan ilmu tentang perikahan,
kemampuan memenuhi tanggungjawab, kesiapan menerima anak, kesiapan psikis,
hingga kesiapan ruhiyah, menjadi standar awal menuju proses selanjutnya.
Menikah bukanlah ritualitas akhir dari proses ‘perzinaan’ (pacaran), namun prosesi
awal menuju jannahNya. Menikah atas dasar ilmu yang baik, kesiapan memenuhi
tanggungjawab bukan malah harus menunggu kemapanan secara materil, keterpaduan
aspek psikis yang kuat sehingga mampu melewati banyak halang rintangan yang
bakal terjadi kedepannya dan juga pemantapan ruhiyah yang menjadi kategori
utama dalam menentukan pasangan.
Pada
bab selanjutnya ustadz M. Fauzil Adhim menceritakan kepada para pembaca tentang
bagaimana cara mempersiapkan diri sebelum pernikahan dengan mengenal lebih dekat
istri atau suami yang akan dipinang dan mengingatkan tentang kewajiban memberi
nafkah bagi seorang suami kepada istri. Berikutnya pembahasan lebih ditekankan
pada apa-apa saja yang perlu diketahui tentang jodoh, yang tampak ataupun yang
tersembunyi. Disini penulis menggambarkan secara gamblang mengenai makna ayat
Alquran “Lelaki yang baik untuk wanita yang baik”. Banyak pertanyaan
mengapa terkadang ada seorang suami/istri yang berakhlak baik dipertemukan
dengan pasangan yang bertolak belakang bahkan dengan seorang pezina. Pertanyaan
yang demikian disimpulkan dengan tegas bahwa adakalanya pasangan hidup diutus
sebagai ujian di dunia. Pilihan Allah untuk hambaNya yang ia kasihi, apakah
nantinya qanaah ataukah malah ingkar.
Menikah
adalah tentang mengenal pasangan. Dalam hal ikhwal ini, penulis memaparkan
lebih lanjut bagaimana teknik mengenal seseorang yang akan kita jadikan
pendamping hidup. Bahasa lumrahnya ‘target sasaran’. Bagaimana mengenalnya
secara pribadi, menggunakan perantara yang dapat terpercaya, dan juga mencari
informasi pembanding. Pada bagian ini, penulis menjelaskan kisah dimana seorang
Khadijah mengutus Maisarah (teman lelakinya) untuk bersama dengan Nabi Muhammad
demi mendapatkan informasi yang akurat tentangnya. Hingga akhirnya pernikahan antara
dua manusia yang diagungkan itupun berlangsung.
Terkadang
seseorang sulit menikah bukan karena tidak ada pasangan yang baik atau yang
mau, melainkan juga karena standar kriteria yang terlampau tinggi. Itulah
Ustadz Fauzil Adhim mengingatkan kepada para ikhwan maupun akhwat agar tidak
berfokus kepada kriteria yang sangat memberatkan. Allah memberikan kemudahan
dan tidak mengingkan kesulitan bagimu. Kebanyakan mereka yang belum juga
menikah malah membuat kesulitan itu. Seyogyanya kita harus peka dengan
kekurangan orang lain dan berani menerimanya dengan penuh kerelaan hati.
Bab
berikutnya adalah bagian yang cukup menarik bagi banyak pembaca. Yakni tentang
banyak pertanyaan apakah sebelum pernikahan kita diperkenankan untuk melihat
bagian tubuh dari pasangan yang kita inginkan. Melihat bagian tubuh yang
diinginkan secara detail (nazhar). Pada intinya Ustadz Fauzil Adhim
menerangkan bahwa dibolehkan bagi seorang lelaki/wanita untuk melihat bagian
tubuh calon pasangannya dengan niat tulus demi meningkatkan hasrat untuk
menikah. Hal ini beliau dasarkan pada banyak kisah sahabat Nabi yang
melakukannya. Umar bin Khattab yang meminta Ummi Kultsum untuk memperlihatkan
betisnya. Ataupun juga seorang sahabat nabi yakni Mughiroh bin Syu’bah yang
pernah menikah hingga tujuh puluh kali hanya karena istrinya tidak sesuai
dengan yang ia harapkan. Namun setelah melakukan nazhar, sahabat nabi
tersebut bertahan dengan istrinya yang terakhir. Hingga berbagai kisah yang
dinukilkan tentang bagaimana terdapat hikmah kebaikan tentang proses nazhar
sebelum pernikahan. Intinya supaya tidak terjadi kelesuan dalam berkeluarga dan
ketidakharmonisan hanya karena salah memilih orang. Memang dalam hal nazhar ini
masih terdapat banyak perbedaan diantara ulama. Apakah dibolehkan melihat
keseluruhan tubuh, hanya bagian-bagian tubuh tertentu yang diinginkan saja,
ataukah hanya bagian tubuh kecuali aurat saja. Wallahua’lam bisshawab.
Pada
akhir dari karya yang begitu bermanfaat ini, penulis menegaskan bahwa tidak
selamanya laki-laki yang harus mendekati wanita. Wanitapun tidak dilarang untuk
menginisiasi niat untuk menawarkan diri kepada lelaki yang ia inginkan.
Begitulah yang dicontohkan oleh bunda Khadijah RA. Banyak kisah tentang wanita
yang menawarkan dirinya kepada lelaki pada era Rasul dan sahabat yang
digambarkan pada buku ini. Kisah tentang seorang wanita yang menawarkan dirinya
kepada Rasulullah hingga akhirnya Rasul nikahkan ia dengan sahabatnya dan juga kisah tentang
orang tua yang menawarkan putrinya untuk seorang lelaki. Syafura putri Nabi Syu’aib
yang dinikahkan dengan Nabi Musa dan Hafshah putri Umar bin Khattab yang
dinikahkan dengan baginda Rasulullah SAW.
“Jadi,
jika memang ada orang yang mantap agama dan akhlaknya, mengapa Anda
membiarkannya mengganggu perasaan Anda? Mengapa tidak Anda sampaikan kepada
orang tua sebagaimana putri Syafura menyampaikan kepada ayahnya, Nabiyullah
Syu’aib a.s? Mengapa persoalan yang semacam ini Anda biarkan membuat rusuh hati
Anda?”
Akhirnya,
saya haturkan ungkapan terimakasih yang mendalam kepada Ustadz Moh. Fauzil
Adhim atas karyanya yang sungguh mencerahkan. Karya yang saya rekomendasikan
untuk dibaca bagi khalayak sekalian yang saat ini sedang rusuh hatinya. Semoga
kita bersama dapat memetik hikmah dari apa yang tertulis dalam karya ini dan
juga kita doakan agar penulis beserta keluarga selalu diberikan kesehatan dan
kenikmatan oleh Rabb semesta alam.
Profil Reviewer
Ketua Umum PK KAMMI Medsos 2014-2015
Fakultas Ilmu Politik
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta