Inspirasi Kepedulian dari Seorang Wanita Tua

Oleh :
Mahdiah Maimunah


Tangan wanita tua itu seperti tak pernah lelah bercengkrama dengan apa saja. Pisau, sabit, parang, sapu dan segalanya. Padahal jika dilihat dari usianya, harusnya ia sudah tak perlu berhubungan dengan alat-alat itu. Tak perlu letih untuk mengerjakan semuanya.
Namun, semua itulah yang membuat pesonanya selalu hadir di pelupuk mataku. Keberadaannya yang beberapa kali mengunjungi rumah untuk menjaga kami sungguh selalu berkesan dan penuh makna. Maka, diam-diam aku menjadikan wanita tua itu sebagai bagian dari inspirasi terbesarku. Inspirasi bagi nutrisi moral yang sangat rumit ditemukan secara Cuma-Cuma di mana saja. Jika ada, itu mungkin hanya bisa diperankan oleh orang-orang pilihan dan biasanya jarang dijumpai di permukaan.

Suatu kali dalam kunjungannya ke rumahku, wanita yang lebih akrab kusapa nenek itu terlihat sibuk. Seolah tak ada kata istirahat untuk raganya. Hari itu saja, ia sudah bangun pukul 3, melaksanakan lail dan menunggu waktu shubuh. Usai shubuh, tangannya mulai cekatan menanak nasi, kemudian merebus air. Berhubung aku yang menyiapkan resep menu hari itu, maka nenek mengambil alih pekerjaan yang lain. Menyapu rumah dan turut membereskan seluruh bagian rumah yang sudah lama tidak terjamah.

Nenek melakukannya hingga semua adikku telah beranjak menuju sekolah. Ia melakukan semuanya seolah rumahku adalah rumahnya sendiri. Padahal kami tidak pernah meminta nenek melakukannya. Setelah itu, nenek seperti digairahkan untuk membabat habis rumput liar yang telah tinggi di pekarangan depan. Aku saja yang masih muda ini paling kapok jika disuruh menyabiti rumput. Paling-paling hanya menyapu daun-daun yang berserakan. Untuk membersihkan dengan menyabitinya, ya aku serahkan saja kepada tukang pangkas rumput yang datang kira2 beberapa bulan sekali. Hmmm…. Nenek…. Nenek….

Itulah nilai lebih yang kudapati dari seorang nenek. Ada bentuk kepedulian yang muncul dari kepekaan jiwanya. Tapi yang lebih mengagumkan, ketika kepeduliannya segera ditunaikan melalui perbuatan. Tanpa banyak kata. Tanpa menyuruh orang lain yang melakukannya. Tanpa protes bahwa rumah ini jorok, tidak pernah dibersihkan dan sebagainya. Yang ada hanya aliran kebaikan yang bermula dari keindahan hatinya dan bermuara pada aksi nyata. Sungguh, inilah sebuah makna kepedulian tanpa kata yang jarang kita temui di kehidupan kita.


Ya Allah, cintailah ia sebagaimana ia telah mencintai kami dengan segala kebaikan. Rahmatilah ia dan balaslah segala amalannya di Surga Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik tempat untuk meminta. Aamiin….

Profil penulis :

Staff Departemen Kebijakan Publik PK KAMMI Medsos 2015
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
angkatan 2012
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta