Bismillaahirrahmaanirrahiim...

            Assalamua’laikum wr.wb

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.
Merekalah orang-orang yang beruntung.”
(Ali Imron: 104)


            Ikhwahfillah yang saya cintai melebihi diri saya sendiri, karena Allah SWT...

            Tak terasa waktu begitu cepat berputar. Baru kemarin rasanya bayi mungil ini lahir ditengah-tengah lingkungan baru yang belum sama sekali ia lihat. Kini bayi mungil itu kembali dipaksa untuk dewasa secepat mungkin. Menatap lebih tajam, berdiri lebih tegap, melangkah lebih cepat, dan dipaksa berpikir jauh lebih dewasa dari teman sepermainannya. 

            Ikhwah sekalian yang terus saya banggakan...

            Bayi mungil itu adalah organisasi yang kita duduki sekarang. Yang dipundak kita teremban amanah dakwah lewatnya. Organisasi yang hidup atas dasar visi besar perbaikan generasi pemuda kedepan. Organisasi yang dipercepat tumbuhnya demi menanggung tuntutan-tuntutan lingkungannya. Aktor kecil yang harus berpikir dan bertindak jauh melangkahi kesiapan dirinya.
            31 Desember 2012 di Aula Wisata Situ Gitung menjadi saksi lahirnya wajah pergerakan baru di wilayah kampus 2 UIN Jakarta. Kala itu akh Abdullah Shidqul Azmi menjadi pemangku amanah dakwah perdana dalam sejarah kepengurusan organisasi ini. Hingga pada periode selanjutnya (15 Maret 2015) organisasi ini dihadapkan pada kenyataan pola kepemimpinan yang baru dan jarang terjadi. Pola kepemimpinan yang menempatkan seorang muda memimpin tua. Karena keterbatasan dan ketersediaan jumlah kader ikhwan yang ada, maka kebijakan itulah yang paling ideal untuk diterapkan.
            Hari demi hari, minggu demi minggu, organisasi rumah pengkaderan ini semakin beranjak menuju proses pendewasaan secara cepat dan mengakar. Transformasi kinerja organisasipun menjadi tagline kepengurusan ini diatas berbagai macam persoalan dan dinamika internal yang ada. Proses perbaikan struktur, pembangunan sistem manajerial organisasi yang rapi, terencana, dan produktif, riayah kader, penguatan soliditas internal, ekspansi pergerakan, hingga pencitraan kelembagaan pun dilakukan. Dengan visi ketua umum yakni “merekonstruksi  gerakan organisasi dalam ranah internal, fungsional, dan eksternal demi terwujudnya organisasi yang kuat, mandiri, berdayaguna, solutif, inofatif , dan mampu menjawab kebutuhan serta tantangan lingkungan” organisasi ini diharapkan mampu menjadi jawaban dan solusi dari berbagai persoalan minimal di kawasan lingkungan kampus 2 UIN Jakarta.

            Saudaraku... Mari bersama kita renungkan.
            “Memimpin itu menderita”. Petuah dari yang mulia Agus Salim ini menjadi sangat saya maknai keberadaannya selama masa kepemimpinan dalam organisasi ini. Menderita. Pundak yang terasa lebih berat dari biasanya. Beban moral, psikologis, persoalan internal, hingga tuntutan pencapaian. Menderita, mengharuskan diri ini untuk paham kepada orang lain lebih banyak dari pada orang lain memehami diri ini. Menderita. Diatas sulitnya mengatur manusia-manusia dengan karakter yang berbeda. Manusia dengan tingkat aktifitas hidup yang lebih tinggi dari biasanya. Dengan tingkat pemangkuan amanah yang lebih banyak dari lainnya.

            Saudaraku...
            Renungkanlah hadits berikut...
            “Setiap kalian akan dimintai pertanggungjawbannya terhadap yang dipimpinnya. Seorang Amir adalah pemimpin. Seorang suami juga pemimpin atas keluarganya. Seorang wanita juga pemimpin atas rumah suami dan anak-anaknya. Maka setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawban atas yang dipimpinnya.” (Bukhari: 4801). Inilah yang selalu menjadi alasan kuat kita tetap bertahan dalam organisasi ini. Bertahan walau tak dipungkiri terlalu sering juga kita melanggarnya. Kedisiplinan terhadap amanah masih terus dipertanyakan walau sebenarnya kita adalah AKTIVIS DAKWAH.          

            Memaknai Keseimbangan

            Frasa ini yang saya rasa tepat untuk dilekatkan pada diri kita. Kita yang berada dalam rumah pergerakan ini. Kondisi internal komisariat yang terdiri dari kader-kader dengan beban amanah yang tidak hanya satu. Tantangan yang dihadapi komisariat ini adalah bagaimana membangun kesadaran dalam diri tiap pengurus untuk berlaku seimbang. Memaknai bahwa perlu adanya pengaturan waktu dan prioritas dalam kerja-kerja dakwah. Diatas besarnya tantangan ini, kondisi lain yakni bagaimana memahamkan kader tentang gerak dakwah yang berbeda antara internal dan eksternal kampus. Terlalu banyak kader yang menempatkan pola dan gaya berorganisasi dakwah internal kedalam sistem komisariat hingga terasa tidak terlalu kentara apa bedanya KAMMI dengan organisasi lembaga dakwah kampus.

            Memaknai keseimbangan adalah juga berbicara tentang niat serta profesionalitas. Lurusnya niat menjadi gerbang awal, namun profesionalitas dan penempatan diri yang tepat menjadi instrumen dalam menciptakan produk yang maksimal. Maka kedua hal ini harus diseimbangkan. Perjalanan komisariat ini selama satu periode kepengurusan terlalu sering habis membincangkan perihal profesionalitas yang terus didorong kualitasnya.

            Kesyukuran Positif
            Ikhwah sekalian yang dirahmati Allah SWT...

            Patut disyukuri dalam proses kepengurusan periode ini adalah kerja-kerja dakwah para kader komisariat telah tampak dibalas oleh Allah dengan berbagai wujud dan hasil-hasil nyata yang sangat terasa. Program-program kerja dari berbagai lini departemen yang semakin meningkat, baiknya kedekatan dengan masyarakat, penerimaan dalam lingkungan elemen pergerakan kampus, militansi kader yang mulai terbangun, hingga prestasi-prestasi lain baik yang bersifat materil ataupun yang lebih kepada pembangunan operasional organisasi yang semakin mapan.
            Akhirulkalam...

            Semoga Allah meridhoi tiap abdi kita dalam masa periode kepengurusan ini. Memaafkan atas banyaknya khilaf dalam pemangkuan amanah. Niat yang belum lurus, lisan yang kering akan zikir, dan hati yang terlalu sering untuk menghardik. Jikapun periode ini dinilai sebagai keberhasilan maka ini adalah bentuk dari kerja-kerja bersama kita. Dan ataupun dipandang sebagai kegagalan, haruslah muhasabah menjadi bagian utama tatapan kita kedepan.
             
            Untukmu yang akan melanjutkan estafet pergerakan ini, persiapkanlah diri antum dari sekarang. Karena tidak ada waktu lagi untuk berdiam diri, menunggu datangnya para inisiator kebaikan. Tetap teguh dan teruslah cintai organisasi ini sebagai wadah antum untuk mengabdi lebih nyata dan lebih besar dari sebelumnya.

            “Katakanlah hai Muhammad, bekerjalah kamu sekalian maka Allah akan melihat hasil karya kalian, juga Rasul-Nya dan segenap kaum beriman. (At-Taubah:105).”


                                                                                                Ciputat, 26 Juni 2015
                                                                                                Ketua Umum


                                                                                                 
                                                                                                Rakhmat Abril Kholis