Sabtu, 28 Februari 2015

Oleh: Mahdiah Maimunah, Mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2012, Fak. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Staff departemen Kebijakan Publik KAMMI MedSos.

Islam ngga pernah ngajarin pemeluknya buat beramal biasa-biasa aja. Yang ada malah sebaliknya. Islam mengajarkan penganutnya untuk melakukan sesuatu dengan profesional. Profesionalitas dalam islam dikenal dengan bahasa 'ihsan'.

Coba simak petikan hadits kedua dalam kitab Al-Wafi tentang definisi mengenai ihsan:
"An ta'budallaha kaannakaa taroohu fainlam yakun yaroohu fainnahuu yarook."

Artinya: 
Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya, jika tidak mampu melihatNya sesungguhnya Ia melihatmu.

Coba dipikir-pikir nih, seseorang yang beribadah kalau udah seolah-olah melihat Allah berarti benar-benar totalitas dong. Ngga mungkin lagi ada niat yang ga bener, ngga mungkin juga asal-asalan, ngga mungkin juga nantinya ngga berefek ke amalan-amalan yang lainnya.

Rangkaian-rangkaian ibadah harian yang Allah perintahkan sesungguhnya mengajarkan banyak hal terhadap kerja nyata di keseharian. Misal saja, sholat. Seseorang yang sudah baik dan benar sholatnya baik dari pre-on-post sholat insyaAllah akan terjamin juga dalam aktivitas sehari-hari. Jika pre-sholat sudah terbiasa mempersiapkan dan meniatkan untuk shalat tepat waktu, sudah seharusnya dong seorang muslim bisa datang dalam berbagai agenda tepat waktu. 

Dalam pelaksanaan sholat pun kita kenal istilah thuma'ninah yang menghendaki agar kita ruku' dan sujud dalam posisi tulang belakang yang lurus. Ketika thuma'ninah dalam sholat tidak mungkin sholatnya diburu-buru. Sedangkan secara etiologi, thuma'ninah berarti tenang. Artinya kita benar-benar menghadirkan diri kita saat shalat.

Shalat melatih konsentrasi. Memang amat sulit untuk berkonsentrasi secara utuh dari awal hingga akhir shalat. Tapi saat pikiran kita beralih, kita diminta untuk kembali berkonsentrasi pada sholat kita. Nah nah.. begitu juga dalam aktivitas lain bagi seorang muslim. Sudah seharusnya berkonsentrasi dalam belajar, dalam bekerja, dalam rapat, dan kegiatan lainnya. Bukankah konsentrasi akan meminimalisir kita untuk bekerja dua kali untuk hal yang sama? Atau memudahkan langkah-langkah yang selanjutnya? Contohnya berkonsentrasi saat kuliah memberikan manfaat kita tidak perlu sulit lagi untuk meneruskan bacaan di berbagai referensi karena konsep-konsep pentingnya sudah kita dapatkan saat penjelasan dosen. Di samping itu, kita akhirnya bisa diberi kebebasan untuk meraih lebih banyak kegiatan bermanfaat lain yang kita terlibat di dalamnya atau untuk meningkatkan kualitas diri kita.

Bahkan, dalam buku Fiqh Prioritas karya Sayyid Quthb, tidak diperkenankan bagi seorang muslim untuk melakukan ibadah malam berlama-lama jika menjadikannya loyo-loyoan saat bekerja di siang harinya. Pekerjaan yang ia lakukan juga membutuhkan profesionalitas. Ketika pelayanan yang diberikan kepada orang banyak menjadi tidak maksimal, berarti seseorang tersebut tidak berlaku secara profesional. Gaji bulanannya pun patut dipertanyakan akibat ketidak optimalan kerjanya.

Tautan antara ibadah dan amal nyata dalam aktivitas sehari-hari sudah semestinya dipikirkan filosofinya. Shalat bukan sekedar shalat, ngaji jangan sekedar ngaji, zakat juga jangan sembarangan, haji apalagi. 

Shalat dikatakan sebagai ibadah yang outputnya diharapkan dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Cobalah dilirik-lirik ke dalam diri kita. Apa kita masih suka berbuat demikian? Keji dan mungkar jangan di-mention sebagai tindakan kriminal yang kejam-kejam saja atau yang sudah kelas berat. Hal-hal sederhana seperti berbohong, mencontek, menolak memberi bantuan juga termasuk di antaranya. 

Begitu pun mengaji. Sangat disayangkan jika kita hanya membacanya sebagai objek bisu yang tidak memberikan kita pencerahan dalam keseharian kita. Al-Qur'an itu GUIDLINE. Panduan lho. Gimana caranya hidup kita mau luar biasa kalau patokannya bukan Al-Qur'an. Apalagi Al-Qur'an itu bukan sekedar guidline untuk kehidupan dunia, tapi juga menuju akhirat.

Ada petikan menarik dari ustadz Anis Matta dalam pengantar buku Khalid bin Abdul Karim Al-lahim "Panduan Tadabbur dan Meraih Sukses dengan Al-Qur'an" 

Al-Qur'an yang kita baca sekarang kita baca adalah juga Al-Qur'an yang dulu diturunkan kepada sahabat Rasulullah saw bukan Al-Qur'an yang lain. Lalu bagaimana dengan kemampuan akal dan jiwa kita? Di sini pun sesungguhnya tidak terdapat perbedaan antara kita dan generasi sahabat. Sebab, seandainya kemampuan jiwa dan akal untuk memahami Al-Qur'an lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan generasi sahabat, tentu Allah akan menurunkan Al-Qur'an, atau minimal revisi bahasa Al-Qur'an, untuk disesuaikan dengan kapasitas jiwa dan intelektual kita. Tapi itu tidak terjadi.

Begitulah. Islam mengajarkan pribadi-pribadinya untuk berlaku secara professional. Beberapa tips berikut semoga bisa membantu kita untuk beraktivitas secara profesional

1. Pikirkan apa yang akan kita lakukan atau buat perencanaan. 
Mulai dari perencanaan harian, mingguan, bulanan, tahunan, perlima tahunan dan proyek besar lainnya. Bisa juga dibuat dalam format per-kegiatan. Misalnya proyek riset. 

Kenapa harus ada perencanaan? Tujuannya supaya benar-benar kita yang memanfaatkan waktu kita, agar waktu kita tidak hanya orang lain yang mengendalikan. Setelah dilaksanakan, kita pun bisa melihat progress nya. Apa yang sudah bisa kita lakukan dan apa yang belum. 

Di dalam surat Al-Hasyr ayat 18 pun dijelaskan mengenai perencanaan: "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan." 

2.  Pikirkan ulang niat dan tujuan dari apa yang akan kita lakukan. 
Masih di ayat yang sama seperti yang tersebut di atas, Rancangan untuk hari esok/ ghodan yang kita buat, baik ibadah ritual atau ibadah aktivitas prospek akhirnya adalah akhirat. Jangan salah niat dan tujuan. "Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan."

Kenapa harus sholat? Udah bener belum ya sholatnya? Niatnya? Udah tepat waktu belum? Udah berefek kepada tindakan sehari-hari kita belum? Udah bisa jaga shalat belum ya kita?

3. Konsentrasi
Kalau lagi belajar ya belajar, kalau memang ada komunikasi yang mendesak ya no problem untuk disambi, tapi jika bisa diselesaikan di awal atau di akhir jam belajar kenapa tidak. Begitu juga dalam ranah yang lain. 

4. Terus-terusan belajar untuk memenej waktu
Kenapa saya bilang terus-terusan? Karena kadang memenej waktu bagi sebagian orang yang tidak terbiasa sulit. Ambil simpelnya aja. Dicoba sedikit-sedikit. Misalnya kita coba menej jam ibadah dulu, terus jam di kampus, terus menej waktu untuk 1harian nanti akan rapi sendiri. 

5. Banyak baca
Mau tidak mau baca juga penting. Basic melakukan sesuatu kita dapat dari membaca. Pun terkadang dengan membaca, kita seolah diingatkan kembali esensi dari ibadah kita. Bertambah pula pengetahuan kita tentang amal yang sama yang selama ini mungkin belum kita dapatkan.Menjadi lebih baik lagi perspektif kita untuk melihat lebih dalam dan luas.

6. Berhenti sejenak
Kadang perjalanan yang panjang itu melelahkan. Tanpa sadar mungkin ada pergeseran tujuan dan niat. Kadang kehilangan motivasi juga untuk terus bergerak. Berhenti sejenak mengajarkan kita untuk menarik napas dalam dan mengamati apa yang selama ini sudah kita lakukan. Sebuah momen yang perlu untuk tak sekedar bermuhasabah, tapi juga menyusun kembali langkah-langkah yang mulai berserakan, memompa lagi semangat yang mulai pudar dan lebih mematangkan lagi perencanaan2 yang masih dini atau sudah setengah berjalan

Mau tidak mau, muslim maupun non muslim sebetulnya semuanya dituntut untuk profesional dalam melakukan apa pun. Tapi sangat disayangkan jika agama yang mulia ini sudah mengajarkan kita untuk profesional dan ihsan dalam amal, kita tidak mau mencoba untuk mengusahakannya. 

Bahkan, Nabi Musa saja dalam menyampaikan peringatan kepada Fir'aun perlu profesional dalam berbicara meskipun Nabi Musa sendiri punya kekurangan dalam hal berbicara. Tetap tenang dan jangan gamang. Kita punya do'a sebagai senjata agar diberi kemudahan. Lihatlah, Nabi kita tersebut berdo'a kepada Allah sampai-sampai do'anya termaktub dalam surat Thaha ayat 25-28

"Dia (Musa) berkata, "Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku. dan mudahkanlah urusanku. dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku. agar mereka mengerti perkataanku."


Referensi dan inspirasi:
1.Al-Qur'an dan terjemahannya
2.Hadits arba'in An-Nawawi dalam kitab Al-Wafi 
3.Fiqh Prioritas -Sayyid Quthb
4.Menikmati Demokrasi -Anis Matta
5.Pengantar Anis Matta dalam buku Panduan Tadabbur dan Meraih Sukses dengan Al-Qur'an yang saya temukan dari seorang teman di tumblr


Posted on Sabtu, Februari 28, 2015 by Unknown

No comments

Minggu, 22 Februari 2015

Belajar dari Bocah Penjinak Angin


Oleh: Mahdiah Maimunah, PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


 


Aku mencengkram buluh dan kabel, menunggu datangnya keajaiban. Akhirnya saat itu tiba, awalnya hanya terlihat sepercik cahaya yang berpijar di tanganku, kemudian muncul sebuah gelombang cahaya yang megah. Orang-orang di bawah terkesiap, anak-anak saling dorong agar dapat melihat lebih jelas.

"Ternyata berhasil!" seseorang berkata.

"ya," kata yang lain. "Anak itu sudah berhasil melakukannya."

Saat itu di Malawi tahun 2002 seolah merupakan mimpi buruk bagi masyarakat di tenggara Afrika tersebut. Bencana banjir yang diikuti oleh kekeringan menyebabkan rakyatnya yang sebagian besar memperoleh makanan dengan bertani, menderita kelaparan. Tragisnya kejadian itu sampai membunuh ribuan orang. Untuk mendapatkan makanan saja, ada yang rela setiap harinya menjadi ganyu -pekerja- untuk melakukan apa saja, menjual seluruh isi perabotan rumahnya, bahkan mereka terpaksa memakan gaga -kulit jagung, red-. Banyak di antara mereka yang paginya keluar mencari makan untuk keluarganya, tiba-tiba saja mati bergelimpangan di tengah jalan. Kondisi yang sangat memilukan. Seorang bocah pun terpaksa putus sekolah karena ayahnya tak mampu membiayai uang sekolahnya.

Di negeri itu, sungguh bersekolah merupakan kegiatan yang sangat langka. Ilmu pengetahuan masih di anggap sebagai misteri. Namun sang bocah bercita-cita untuk membangun kincir angin yang berfungsi membangkitkan listrik dan mengalirkan air ke ladang orang tuanya agar dapat panen dua kali dalam setahun. Modal bocah kecil berusia 14 tahun ini sesungguhnya hanyalah pengetahuan listrik dasar yang diketahuinya dari buku-buku di perpustakaan sekolah -ia masih belajar di perpustakaan setelah putus sekolah- seperti : Integrated Science dan Explaining Physics. Namun buku yang paling mengubah kehidupannya adalah buku dengan cover kincir angin yang berjudul: "Using Energy". Selain itu, modal lainnya adalah barang-barang bekas yang ia temukan di sana sini, mulai dari rongsokan alat-alat berat yang ia temukan di seberang Sekolah Menengah Kachokolo -tempat terakhir sebelum putus sekolah-, sepeda tua ayahnya sampai tali jemuran ibunya.

Kincir angin buatannya akhirnya mampu memberikan anugrah tersendiri untuknya. Selain ia berhasil membangkitkan listrik yang dinikmati oleh 2 % penduduk Malawi, ia pun mampu membiayai pendidikan temannya Gilbert -yang selalu ada di saat William membutuhkan-, sepupunya Geoffrey dan beberapa anak tetangganya. Hal yang paling menyenangkan adalah saat berita mengenai magetsi a mphepo -mesin listrik- ini tersebar ke luar Malawi dan ia akhirnya bisa berkeliling dunia dan memperoleh beasiswa di ALA (African Leadership Academy), sebuah sekolah menengah atas pan-Afrika di Johansburg Afrika Selatan. 

Sebuah kisah nyata (diringkas dari novel: Bocah Penjinak Angin)  ini sungguh menyadarkan kita semua bahwa siapa pun kita, berapa pun usianya, bermacam watak dan juga profesinya, kita mampu memberikan kontribusi yang nyata untuk negara kita, bukan sekedar angan-angan belaka. Sudah terlalu banyak permasalahan di negeri ini, jangan ditambah lagi dengan terus-terusan menyalahkan  penyebab dari semua permasalahan, siapa otaknya, mereview berulang2 kronologisnya dan perbuatan serupa yang melelahkan. Biarlah yang lalu-lalu dijadikan pembelajaran sekilas dan memotivasi kita untuk menyelesaikannya. 

Lihatlah bocah bernama William Kamkwamba ini. Ia tahu bahwa penyebab putusnya ia sekolah adalah karena permasalahan kelaparan, buruknya pemerintahan, dan jeleknya sistem pendidikan di negaranya. Tapi ia tidak terus-terusan berpikir bahwa itu adalah akhir dari segalanya. Ia masih terus bermimpi dan mematiskan harapannya terkabul bersama gerakannya. Mulailah ia berpikir bahwa ia dapat membuat kincir angin yang nantinya bisa mengairi ladang ayahnya. Dengan itu, ia berharap semoga ayahnya bisa panen dua kali dalam setahun dan uangnya bisa digunakan membiayai sekolahnya. Sederhana saja. Tak perlu susah-susah untuk bergerak.

Seperti kata Ustadz Anis Matta, "Yang membedakan antara seorang pahlawan dan bukan pahlawan itu adalah geraknya."

Dan bila kita menyadari kemuliaan agama ini, bukankah setiap apapun amalan kita yang dilandasi untuk mencari keridhoan Allah adalah sesuatu yang bernilai pahala??? Enak dong sebenarnya... kita bisa mengumpulkan pahala tanpa batas. Karena memang luasnya medan kompetisi itu tidak berbatas, kecuali oleh batasan kebaikan itu sendiri. 

Yok, yok, yook... Kita lihat... Pagi-pagi, kita beranjak dari pembaringan, lalu membaca do'a usai bangun tidur. Lalu menyikat gigi dan berwudhu', shalat, tilawah, do'a, kemudian membereskan rumah, mandi, sarapan, berangkat sekolah/kampus, keluar rumah, naik kendaraan, belajar dst,dst....
Jika semuanya berlandaskan niat karena Allah, akan terlihat seperti rangkaian amalan yang tiada putusnya. Subhanallah ya... sesuatu....

Tapi, mesti diingat juga sebagai orang muslim, Muslim yang baik adalah Muslim yang banyak manfaatnya bagi orang lain. Analogi antara orang yang hidup untuk dirinya sendiri dan hidup untuk orang lain, menurut Sayyid Quthb adalah seperti orang kerdil dan orang besar. Lebih lanjut beliau mengatakan, "Orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan menjadi orang kerdil dan mati sebagai orang kerdil. Akan tetapi, orang yang hidup bagi orang lain akan menjadi orang besar dan mati sebagai orang besar."

Kalau dilihat-lihat di masa sekarang, memang kita lebih banyak menemukan orang yang hidup untuk dirinya sendiri. Ya, duniaku duniaku, duniamu terserah kamu.

Padahal di dalam islam sendiri, tingkatan tertinggi dalam persaudaraan adalah itsar, alias mendahulukan kepentingan saudaranya dibandingkan kepentingannya sendiri. Ada wujud kepedulian di sana. Contohnya, kepedulian terhadap kasus kelaparan atau bencana misalnya. Maka seyogyanya kepedulian kita tersebut diiringi dengan langkah nyata. Bukan hanya sekedar berkata "Innalillahi, kasihan ya.... Alhamdulillah kita ngga ditimpa bencana seperti itu." Tapi wujud yang lebih aslinya adalah dilihat dari tindakan kita. Dengan mengeluarkan beberapa lembar dari dompet, menggelar aksi pengumpulan dana, dll sebagainya...

Sebenarnya sih, kalau kita mau lebih peka, masih banyak hal yang bisa kita lakukan untuk orang-orang di sekitar kita. Misalnya,

1.  Membangun perpustakaan mini untuk orang-orang di sekitar rumah
2. Buat mading, buletin jum'at dan bacaan yang membangun. Bisa ditempel di papan pengumuman masjid
3.  Buat kelompok hafalan untuk anak-anak yatim atau anak-anak di tempat kita bermukin. Bisa juga dengar mengajar ngaji, dst. Usahanak kita juga menyisipkan cerita-cerita inspiratif, seperti kepahlawanan tokoh-tokoh islam, ilmuwan islam, kepribadian nabi, dllnya. Sehingga mereka menyadari bahwa sesungguhnya islam itu benar2 melekat di hati mereka
4.   Mengikuti berbagai perlombaan. InsyaAllah dapat mengharumkan nama islam.
5. Untuk yang mengikuti organisasi intra kampus/sekolah, usahakan untuk selalu memberikan-memberikan ide-ide dan solusi terbaik, sehingga pendapat kita turut dipertimbangkan dan lebih mudah menjalankan misi-misi keislaman.
6. Bisnis apa saja, asal halal. Sebenarnya apa saja bisa dijadikan bisnis. Mulailah dari bisnis yang kecil-kecilan, seperti menjual pembatas buku, pin, kaos kaki, pulsa, dllnya. Seperti misalnya untuk membuat pembatas buku, tidak memerlukan modal yang mahal, bisa dibuat dari bekas undangan pernikahan. Tentunya setelah itu, jangan lupa memberikan sedekahnya untuk perkembangan islam.
7.  Sumbangkan program kerja yang bermanfaat buat siapa saja.
8.  Membuat buku, artikel, dll. 
9.  Memperbanyak sosialisasi

"Mereka hanya manusia biasa yang berusaha memaksimalkan seluruh kemampuannya untuk memberikan yang terbaik bagi orang-orang sekelilingnya. Mereka merakit kerja-kerja kecil menjadi sebuah gunung, karya kepahlawanan adalah tabungan jiwa dalam masa yang lama." Itulah sekelumit penjelasan dari Ustadz Anis Matta tentang kepribadian seorang pahlawan.

So, tak ada alasan untuk tidak berbuat kan....??? Karena semua masalah di sekeliling kita bisa disulap melalui tangan-tangan kita :D Keterbatasan itu bukan hambatan, karena Kamkwamba saja bisa menjadi emas berharga dalam kondisi negaranya yang kritis. Kenapa kita tidak???


Posted on Minggu, Februari 22, 2015 by Unknown

No comments

Senin, 16 Februari 2015

Kepal Tangan



Kepal tangan itu ada di dalam dadaku
Berdegup tak kenal layu
Mengalirkan selaksa energi bak serdadu


Ia tak kenal lelah dan terus melaju
Menyediakan kebutuhan bagi milyaran sel yang sendu
Sungguh, hingga ajal kelak Ia terus berjibaku


Tuhan memang Mahatahu
Apa yang dibutuhkan bagi setiap makhluknya satu per satu
Dicipta-Nya dunia dengan elok berbalur cinta nan syahdu

Sungguh kepal tangan itu, menyeruak kalbu
Bak sebuah kesempurnaan yang tak lekang oleh waktu
Kesempurnaan yang tak tertandingi oleh kecanggihan zaman yang mendayu


Kini ku tahu apa makna dari kepal tangan itu
Seonggok daging, di dalam dadaku
 yang degupnya adalah penanda hidupku

Wahai kepal tanganku, engkau adalah jantungku
Jantung yang tak kenal lelah dan berjuang hingga batas waktuku
Jantung yang dikaruniai kekuatan untuk bekerja giat selalu


Sungguh malunya diriku
Tak tahukah bahwa Tuhan titipkan pesan melalui segala yang dicipta-Nya itu?
Ia nasihatkan dengan keindahan pada pendosa sepertiku

Ia nasihatkan melalui jantungku,
Sebuah tauladan keistiqamahan yang tak kenal layu
Yang senantiasa terjaga keikhlasan dari waktu ke waktu


Bayangkan saja sobatku,
Dalam kondisi normal manusia,
5 liter darah per menit mampu dipompanya
dengan maksimum 100 kali denyut tiap menitnya

Jika satu hari saja
Maka 7.200 liter darah telah dipompanya
dengan maksimum 144.000 kali denyutannya

Jika usia sampai 75
Maka 200.000.000 liter darah telah dipompanya
dengan maksimum 3.000.000.000 kali denyutannya

Maka nikmat Tuhan yang manakah yang teriring dusta?
Meski dalam sehari Ia harus mendorong darah dengan 100.000 km jauhnya
Namun Ia dapat menyelesaikan tugasnya hanya dalam 18 detik saja
Sungguh nikmat Tuhan itu tiada dusta

Keistiqamahan yang berbalut ketaatan
Keistiqamahan yang melepaskan diri dari "beban"
Keistiqamahan yang memoles diri dengan semangat kebermanfaatan

Tuhan, kelak ketika maut datang merayu
Dan kepal tangan di dadaku beku
Semoga kepal tangan di lenganku
Kan terrekam di memori waktu
Dan menjadi sejarah yang mengenagku
tuk raih Jannah-Mu


Wallahu'alam bish shawwab
Salam semangat! Salam bermanfaat! Rumaisha Azlam - PSPD FKIK UIN JakartaKamis, 6 Maret 2014

sumber gambar: https://www.google.com/search?q=jantung+Allah&biw=1366&bih=667&tbm=isch&imgil=_M3DzpOZLkyD1M%253A%253Be2CQ_luLOXOIZM%253Bhttps%25253A%25252F%25252Fustadchandra.wordpress.com%25252F2012%25252F05%25252F30%25252Fpentingnya-menjaga-kesehatan-jantung-kita%25252F&source=iu&pf=m&fir=_M3DzpOZLkyD1M%253A%252Ce2CQ_luLOXOIZM%252C_&usg=__UTb-z_K2bwWt8mTERGI2h3_MdvI%3D&ved=0CCYQyjc&ei=h0LhVMujApedugSQ5oKgBw#tbm=isch&q=heart+Allah&imgdii=_&imgrc=tIdkzxJhSRyKNM%253A%3BdVL3Dh3Eq2g18M%3Bhttps%253A%252F%252Fnaqshabandi.files.wordpress.com%252F2014%252F11%252Fc-2.jpg%3Bhttps%253A%252F%252Fnaqshabandi.wordpress.com%252F%3B524%3B720

Posted on Senin, Februari 16, 2015 by Unknown

No comments

Sabtu, 14 Februari 2015

Tanah Asal Muasal Kita
Atina Nabila - PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


     

Sumber gambar: http://cdn.khotbahjumat.com/wp-content/uploads/2013/04/mengingat-kematian.jpg


Sore hari yang mendung, terdengar dari masjid suara pengumuman meninggalnya seorang kakek tua yang sebatang kara. Kakek tersebut cukup dihormati penduduk desa karena Ilmunya dan kesholihannya. Tersebutlan Kakek tersebut dalam masa tuanya, beraktivitas sebagai penjaga masjid dan muadzin serta guru mengaji TPA. Maka ketika berita kematiannya tersebar, berdatanglah ratusan penduduk desa ke masjid untuk menyolatkak kakek tersebut. Suasana duka menyelimuti desa. Tak sedikit yang berduka karena merasa sangat kehilangan sosok teladan yang saat ini sulit dijumpai.

Adapun Adi, seorang anak baik nan berbudi. Adi diajak abinya turut serta menyolatkan Kakek soleh tersebut. Adi kecil masih berusia dua belas tahun. Adi adalah anak yang cerdas dan sangat aktif. Di usianya yang belia ia menghafalkan Alquran. Kini hafalannya mencapai juz 8 surat Al-A’raf. Adi anak kecil yang memiliki pemikiran kritis, dia suka bertanya hal-hal yang membuat dia penasaran.

Setelah disolatkan, kakek soleh pun diantarkan ke kuburan. Pemakaman berlangsung sangat khidmat. Adi memperhatikan betapa sempitnya liang kubur yang akan dimasuki Kakek Sholeh itu nanti. Adi tidak bisa membayangkan bagaimana bertahan di bawah tanah yang pengap dan sendiri. Adi sedikit merinding dan takut. Dalam hatinya muncullah pertanyaan.

 Dalam perjalanan pulang, ia pun bertanya pada Abinya.

 “Abi, mengapa manusa meninggal harus dikubur dalam tanah?”
tanya Adi.

Abi pun menjawab” karena kita asalnya adalah dari tanah, Nak. Kita akan kembali ke dalam bentuk asal muasal kita, melebur dengan tanah bumi dan dibangkitkan ketika Allah memerintahkan di hari Kiamat nanti”.

“Mengapa Allah memilih tanah sebagai penciptaan manusia?” tanya Adi selanjutnya.
“Adi dalam surat Al-Araf yang saat ini Adi sedang hafalkan, telah diterangkan dalam firmannya. Segala mahluk diciptakan dari zat yang disesuai kan dengat sifatnya. Tanah adalah asal muasal manusia yang bersifat tawadhu dan sabar. api yang merupakan asal muasal setan dan jin memiliki sifat sombong dan cerdik dalam menghasut. Dan cahaya merupakan asal muasal malaikat memiliki sifat patuh. Itu semua kehendak Allah yang memiliki tujuan dari setiap ketentuanNya.” Jawab Abi.

“Abi, apakah Allah menciptakan manusia berasal dari tanah yang sekarang kita injak Abi?”

“Dalam Alquran dijelaskan oleh FirmanNya bahwa manusia diciptakan dari tanah liat yang diberi rupa dan bentuk. Abi juga tidak tahu tanah liat itu berasal dari mana. Nanti ketika kita bangkit dari kubur maka unsur tanah kita, Allah bentuk kembali seperti sediakala meskipun sebelumnya unsur tanah kita sudah bercampur dengan tanah Bumi. Itu hebatnya Allah. “

            “Bagaimana Allah membangkitkan kita nanti?”.

“Kebangkitan sama seperti Allah menciptakan pada saat pertama kali. Sesungguhnya, kehidupan di dunia ini berawal dari bumi yang kering alias mati, lalu Allah menurunkan hujan sehingga bumi itu kembali hidup. Bumi yang hidup akan mengeluarkan berbagai macam tumbuhan bentuk, warna dan rasanya. Ada yang batangnya merambat ada yang tidak. Rasanya Ada kurma, zaitun, semangka apel. Bayangkan, padahal Allah menurunkan hujan dari satu langit yang mengeluarkan bermacam-macam tumbuhan. Tujuannya agar bisa dimanfaatkan mahluk lain yaitu hewan dan manusia. Hewan yang bermacam-macam pun dapat dimanfaatkan dagingnya dan menjadi kendaraan. Manusia yang bisa memanfaatkan tumbuhan dan hewan sebagai sumber nutrisi akhirnya tumbuh dan berkembang biak. Maka Allah juga memerintahkan manusia untuk menikah agar meneruskan keturunan. Sehingga banyaklah keturunan manusia dari waktu ke waktu”. Jelas Abi, panjang lebar.

“Indah sekali. Maha Suci Allah yang telah menciptakan kehidupan sesempurna itu Abi. Abi bolehkah aku bertanya satu hal lagi?” dengan mata berbinar-binar dan rasa ingin tahu tinggi.

“Boleh sayang, tentu saja” Abi tersenyum. Dalam hatinya, ia bangga memiliki anak secerdas Adi yang memilki pertanyaan luar biasa yang belum tentu orang dewasa menanyaknnya.

“Abi, apa sesungguhnya sifat tanah itu? Aku ingin menirunya karena sesungguhnya diri kita hanya  tanah yang Allah lengkapi dengan akal pikiran dan jiwa ” tanya Adi selanjutnya.

“tanah itu memilki beberapa sifat yang wajib kita tiru. Pertama, tanah itu tawadhu Setiap hari ia diinjak, diludahi, tempat membuang sampah, tempat menguburkan mayat. Tapi ia senantiasa menerima takdir Allah atasnya. Kedua, Ia rendah hati dan tidak marah sedikit pun kepada manusia maupun hewan yang menginjaknya. Ketiga, kaya harta. Tanah media tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang dan kandungan perut bumi seperti minyak bumi, batu, emas, dan berlian. keempat, ia kaya hati karena berbagi kekayaannya dengan mahluk lain. Kelima sifat kemuliaan, meskipun ia sering diinjak tapi tanah adalah tempat hamba Allah meletakkan kepalanya ketika bersujud dan menampung air mata bagi hamba yang bertaubat dan takut pada Allah”. Jelas Abi panjang lebar.

“Abi, terima kasih. Kini aku mulai mengerti mengapa kita diciptakan dari tanah.” Pancaran kebahagian muncul dari mata Adi yang bulat. Ia merasa puas dengan jawaban Abinya.


“Abi bangga engkau menjadi anak kritis. Sebagai hadiah, nanti jika kita sudah sampai fi rumah, Abi akan buatkan susu coklat kesukaan Adi” Tawar Abi membuat Adi senyum-senyum bahagia, sambil memikirkan susu coklat yang menggoda.

#KisahInspiratif ... Semoga menginspirasi

Posted on Sabtu, Februari 14, 2015 by Unknown

No comments

Kamis, 12 Februari 2015

Kebahagiaan Penghafal Al-Quran
Shelma - F. Psikologi UIN Syahid jakarta


Sumber gambar: http://alhurriyyah.lk.ipb.ac.id/files/2013/01/sudah-menghafal-bera-juz.jpg 


       Menurut Erikson pada masa remaja adalah masa dimana mencari identitas. Jika identitasnya tercapai maka tidak terjadi konflik di dalam dirinya, dan bisa melanjutkan tahapan perkembangan selanjutnya dengan baik. Tetapi jika masih terdapat konflik, maka kemungkinan besar tidak bisa mengaktualisasikan dirinya dengan baik dan fase perkembangannya terhambat. Manusia tidak terlepas dengan konflik-konflik di dalam kehidupannya. Ada yang mudah melewati kehidupan yang mengatasi konflik-nya dengan baik. Ada juga yang sulit melewati kehidupan karena masih berfokus pada konflik yang menghambat dirinya. Sebagian orang mengatasi konfliknya dengan emosi yang berbeda-beda. Bisa dengan menggunakan emosi negative berupa marah, kecewa, pesimis dan emosi negative lainnya. Ada juga yang menggunakan emosi positif untuk menghadapi kehidupannya dan mengatasi konfliknya dengan sudut pandang yang berbeda. Melihat masalah dan kehidupannya dengan menggunakan pandangan yang positif. Emosi positif itu bisa berupa senang, kebahagiaan, optimis dan lain-lain. Dengan emosi positif ini manusia bisa bangkit dari keterpurukan, memaknai hidup dan memaksimalkan potensi diri.
Kebahagiaan adalah salah satu emosi positif manusia. Kebahagiaan juga merupakan kajian psikologi positif yang berkembang tahun-tahun terakhir ini, kajiannya meliputi bagaimana orang dapat hidup dengan kelayakan. Dimana kebahagiaan merupakan ciri dari sehat mental. Manusia juga melewati kehidupannya dengan menginginkan kebahagiaan dalam kesehariannya. Setiap individu memiliki cara yang berbeda untuk mendapatkan kebahagiaannya. Yang dapat membuat individu menjadi senang, tentram, dan tidak adanya afek negatif begitu juga dengan para penghafal Qur’an.
Menjadi penghafal Qur’an tentu harus siap berbagai keadaan, baik yang positif maupun yang negative. Keadaan positif ini bisa berupa memaksimalkan waktu dengan sebaik-baiknya karena berinteraksi dengan Qur’an, bahagia, tentram, memiliki kekuatan untuk dapat menjalani tugas-tugas sebagai penghafal dan juga menyelesaikan tugas kuliah serta organisasi bagi yang mengikuti organisasi. Keadaan positif tersebut dapat dirasakan ketika mereka membagi perhatian dunianya melalui interaksi dengan Qur’an melalui hafalan dan menggunakan waktunya dengan baik.
Namun keadaan negatif juga perlu diterima sebagai konsekuensi dari statusnya sebagai penghafal Qur’an tersebut. Keadaan negatif tersebut bisa berupa kurangnya waktu luang untuk berkumpul dengan teman-teman yang bukan dari penghafal, tanggung jawab yang berat, lingkungan sekitarnya yang berbeda dengan lingkungan dia menghafal, lingkungan tempat tinggal yang hedonis dan dekat dengan kota metropolitan maupun tingkat stress yang bertambah akibat perhatiannya yang harus terbagi dengan berbagai hal. Penghafal Qur’an juga harus tekun, kerja keras, konsentrasi penuh, menahan diri dari kegiatan lain, dan rangkaian lain yang harus dilakukan (Shohib & Surur, 2011). Menurut salah seorang santri tahfiz, melihat sesuatu dan dia menyenangi sesuatu itu sehingga sedikit terkenang dalam pikirannya, maka ia akan mengalami kesulitan dalam menambah hafalan (Shohib & Surur, 2011). Dengan keadaan seperti itu menjadi sebuah pertanyaan apakah penghafal Qur’an dapat merasa bahagia.
Dalam wawancara singkat yang penulis lakukan kepada Mahdiah Maimunah (20), penghafal Qur’an di Rumah Qur’an UIN –Ciputat dan juga sebagai mahasiswa jurusan kedokteran yang dilakukan pada tanggal 25 Desember 2014, didapati suatu fenomena bahwa meskipun banyak tantangan dalam menghafal Qur’an, namun ia cenderung bahagia. Ia menganggap bahwa menghafal Qur’an adalah sebagai suatu wujud atas balas budi dirinya kepada orang tua. Dimana ia ingin membalas jasa kepada orang tua dengan menghafalkan Qur’an, agar ia dapat memberikan jubah kepada kedua orang tuanya di akhirat nanti. Ia mengaku semenjak menjadi penghafal Qur’an menjadi kagum dengan waktu sempit yang dimilikinya bisa menyempatkan menghafal Qur’an dan bahkan dapat menyelesaikan tugas kuliahnya dengan baik.
Sedangkan Mitra  Rizki (19), penghafal Qur’an di Ma’had Dzinnurain –Ciputat pada tanggal 26 Desember 2014, didapati suatu fenomena bahwa ia bahagia menjadi penghafal Qur’an. Walaupun lingkungan daerah yang ia tinggali sangat dekat dengan menghabur-haburkan uang dan hedonis. Rizki mengaku ia bahagia menjadi penghafal Qur’an karena dengan Qur’an ia dapat dijaga dari perbuatan dosa atau maksiat. Menurutnya dengan menghafal Qur’an itu bisa membuat orang tuanya bangga dan tidak membuat mereka kecewa. Ia juga mengaku bahwa semenjak bergabung menjadi penghafal, sifat buruknya pada masa lalu menjadi berkurang. Jadi secara keseluruhan ia senang dan merasa bahagia dengan kesehariannya menjadi penghafal Qur’an, meskipun kadang ada rasa malas untuk mengulang hafalan kerap kali datang.
Dalam studi pendahuluan selain wawancara, penulis juga menyebarkan angket dengan menggunakan media online di google dokumen pada tanggal 23 Desember 2014. Terdapat 15 orang yang menjadi sampel studi pendahuluan. Pertanyaan yang diajukan yaitu mengenai orang yang berperan penting pada kebahagiannya sebanyak 60% menjawab diri sendiri, dan yang lainnya menjawab keluarga, teman, Tuhan, dan lain-lain. Lalu pertanyaan selanjutnya mengenai faktor yang mempengaruhi kebahagiaan. 75% menjawab teman merupakan faktor yang mempengaruhi kebahagiaan, dan lainnya menjawab menolong orang lain, sabar, qonaah, dan lain-lain yang mempengaruhi kebahagiaan. Setelah ditemukan teman merupakan salah satu faktor yang membuat penghafal Qur’an bahagia, peneliti mencoba menggali kembali menanyakan ke tiga orang secara mendalam. Menurut mereka teman yang seperti apa yang dapat menciptakan kebahagiaan. dan hasilnya ditemukan bahwa persahabatan merupakan faktor yang paling mempengaruhi kebahagian penghafal qur’an.
Selain dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti. Ada beberapa media yang memberitakan para remaja di Ciputat yang terdapat fenomena terbalik dengan para penghafal Qur’an. Diantaranya, adanya dua mahasiswa STT Telematika Ciputat yang tewas karena menenggak miras oplosan di kosannya (Rizki, 2014). Mungkin dua mahasiswa tersebut melepaskan kebahagiaannya dengan mengkonsumsi minuman keras, sehingga minuman keras tersebut membawa mereka pada akhir perjalanan kehidupannya. Sedangkan pada fenomena mengenai penghafal Qur’an yaitu duta besar Arab merasa kagum kepada penghafal Qur’an yang menghafalkan Qur’an dengan fasih walaupun tidak dapat berbahasa Arab (Andriarti, 2014). Dari web tersebut diterangkan agar anak merasa senang dengan hafalannya, maka digunakan berbagai metode yang baik dan menyenangkan dalam menghafal. Adapun UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memberikan penghargaan dalam program “Student Achievement Award” kepada penghafal Qur’an yang berhasil menghafalkan Qur’an 30 juz (Buletin PRESTASI, 2014). Mungkin hal ini diharapkan mahasiswa tersebut memperoleh kebahagiaan karena telah menjaga Qur’an dengan menghafalkan qur’an
Dalam pemaparan diatas, dapat diketahui bahwa penghafal Qur’an sejatinya merasakan kebahagiaan. Dalam berbagai literatur, bahagia itu ketika harapan dan keinginannya dapat tercapai, seperti harta, kekuasaan, ilmu pengetahuan keimanan, dan ketakwaan (Najati, 2010).  Sementara itu Bastaman (2007) dalam bukunya yang berjudul logoterapi, menjelaskan bahwa kebahagiaan (Happiness) yang didambakan setiap manusia merupakan hasil atau ganjaran atas keberhasilan meraih hidup yang bermakna (the meaning full life), makna hidup sendiri merupakan hal-hal yang sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan (life purpose in life). Jadi apabila terpenuhi maka kehidupannya akan dirasakan berarti dan akhirnya akan mendapatkan kebahagiaan.
Banyak penelitian yang mencoba menggali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebahagiaan. Seperti dalam penelitian Park, Peterson dan Seligman (2004) menemukan bahwa kekuatan karakter ditemukan terdapat hubungan untuk kepuasan hidup seseorang.
Dalam penelitian Park, Peterson dan Seligman (2004) meneliti hubungan antara berbagai kekuatan karakter dan kepuasan hidup. Hasilnya adalah secara konsisten dan kokoh yang terkait kepuasan hidup adalah hope, zest, gratitude, love, dan curiosity. Sementara lemah untuk modesty dan the intellectual strengths of appreciation of beauty, creativity, judgment, dan love of learning. Responden dalam penelitiannya adalah dari tiga sampel relawan dengan rentang usia 35-40 tahun.
Menurut Aristoteles dan Hans (2000, dalam Peterson, Ruch, Beermann, Park & Seligman, 2007) menganggap kakuatan karakter sebagai pemenuhan, beberapa sifat positif yang lebih kuat memprediksi kebahagiaan dan kepuasan hidup dari pada yang lain.
Pada penelitian Peterson, Ruch, Beerman, Park, dan Seligman  (2007) meneliti mengenai kekuatan karakter, kepuasan hidup dan kebahagiaan. Menurut mereka kekuatan karakter yang paling terkait dengan kepuasan hidup yaitulove, hope, curiosity, dan zest. Sementara Gratitude merupakan salah satu prediktor yang paling kuat dari kepuasan hidup dalam sampel AS, sedangkan perseverance merupakan salah satu prediktor yang paling kuat dalam sampel Swiss. Pada kedua sampel, kekuatan karakter yang paling terkait dengan kepuasan hidup dikaitkan dengan orientasi kebahagiaan, keterlibatan, dan makna, yang menyiratkan bahwa kekuatan karakter yang paling memuaskan adalah mereka yang memungkinkan kehidupan yang penuh. Sampel penelitiannya adalah 12439 orang dewasa.
Sementara dalam penelitian Begum (2014) meneliti pengaruh kekuatan karakter (character strengths) terhadap kebahagiaan pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah. Hasilnya adalah adanya pengaruh yang signifikan dari kekuatan karakter terhadap kebahagiaan di kalangan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kekuatan karakter yang signifikan berpengaruh terhadap kebahagiaannya yaitu gratitude dan spirituality.
Faktor kedua ada beberapa penelitian empiris telah menemukan bahwa persahabatan pada lintas budaya dan kelompok umur yang berbeda ada pengaruhnya dengan kebahagiaan (Demir, Ozen, & Dogan, 2012), persahabatan berhubungan dengan kebahagiaan dan pemenuhan kebutuhan sebagai mediatornya (Demir & Ozdemir, 2010), dan penemuan ketiga hubungan yang kuat ditemukan untuk kualitas pertemanan terhadap kebahagiaan yang di mediasi oleh capitalization (Demir, Dogan & Procsal, 2013).
Baik pada penelitian sebelumnya, wawancara, dan studi pendahuluan sementara memperlihatkan adanya pengaruh pengaruh kekuatan karakter dan persahabatan terhadap kebahagiaan penghafal Qur'an.

Referensi:

Andriarti, R. (2014, Juli 11). Duta Besar Saudi Terkesan Dengan Penghafal Quran Indonesia. Retrieved Januari 30, 2015, 

Begum, N. J. (2014). Pengaruh Kekuatan Karakter (Character Strengths) terhadap Kebahagiaan Pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta: tidak di publikasikan.
C.R. Synder, S. J. (2002). Handbook of Positive Psychology. New York: Oxford University Press.

Christopher Peterson, W. R. (2007). Strengths of character, orientations to happiness, and. The Journal of Positive Psychology, 2(3): 149–156.

Demir, M. a., & zdemir, M. O. (2010). Friendship, Need Satisfaction and Happiness. J Happiness Stud, 11: 243–259.

Demir, M., & Ozdemir, M. (2010). Friendship, Need Satisfaction and Happiness. J Happiness Stud, 11:243–259.

Demir, M., Dogan, A., & Procsal, A. D. (2013). I Am So Happy ‘Cause My Friend Is Happy for Me: Capitalization, Friendship, and Happiness Among U.S. and Turkish College Students. The Journal of Social, 153:2,250-255.

Demir, M., Ozen, A., & Dogan, A. (2012). CROSS-CULTURAL NOTES-Friendship, Perceived Mattering and Happiness: A Study of American and Turkish College Students. The Journal of Social Psychology, 152(5), 659–664.

Najati, U. (2010). PSIKOLLOGI QURANI: Dari Jiwa Hingga Ilmu Laduni. Bandung: Marja.
PARK, N., PETERSON, C., & SELIGMAN, M. E. (2004). STRENGTHS OF CHARACTER AND WELL–BEING. Journal of Social and Clinical Psychology, 23;25;603-619.

Rizki, D. (2014, Desember 18). Dua Mahasiswa Tewas Tenggak Oplosan di Ciputat. Retrieved Januari 30, 2015, from http://wartakota.tribunnews.com/http://wartakota.tribunnews.com/2014/12/18/dua-mahasiswa-tewas-tenggak-oplosan-di-ciputat

Shohib, M., & Surur, M. Y. (2011). Para Penjaga Al-Qur'an: Biografi Para Penghafal Al-Qur'an di Nusantara. Lajnah Pertashihan Mushaf Al-Qur'an.

Posted on Kamis, Februari 12, 2015 by Unknown

No comments

Senin, 09 Februari 2015


oleh: Rakhmat Abril Kholis
         Ketua Umum

      Memimpin merupakan proses menganalisis, memahami, hingga toleran akan tiap-tiap karakter anggota. Berbagai ragam corak perilaku manusia seyogyanya harus mampu diserap oleh seorang pemimpin demi mendapatkan instrumen terbaik dalam menggerakkan massa ataupun memutuskan sebuah kebijakan. 

      Tipologi anggota pastilah berbeda. Ada yang sangat pendiam, tertutup, dan harus terus di dorong untuk menuntaskan sebuah amanah. Ada juga yang malah hiperaktif, penuh gagasan namun minim aksi. Semua hanya berputar pada area wacana. Ada yang terlampau sulit untuk menerima kesepakatan, perasa, inginnya dimengerti, dan sulit melihat kondisi orang lain dari perspektif lain. Ada juga anggota yang perkataannya menentramkan, idenya mencerahkan, bahasanya tidak menyakitkan, dan mampu komitmen akan instruksi atasan. 

       Begitulah dinamika manusia dalam sebuah komunitas. Itulah kenapa banyak terdapat teori yang mejelaskan karakter asal seorang manusia. Ada yang berkata bahwa manusia terlahir jahat. Ada pula yang menyanggah bahwa tiap-tiap manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat baik.

    Antara pemimpin dan yang dipimpin hendaknya punya kesamaan ide. Kesamaan komitmen. Kesamaan langkah. Kesamaan perasaan dalam satu jamaah/organ. Kesamaan kepemilikan hingga kesamaan pemahaman bahwasanya terdapat frasa taat dan ditaati dalam sebuah lingkungan organisasi.

      Delapan tahun lebih saya berkecimpung formiil dalam sebuah tata kelembagaan dan selama itu pula saya banyak belajar bahwa manusia ingin sekali dimanusiakan. Pernah dulu akibat ketidaktaatan saya didiamkan. Pernah juga terlampau dibiarkan untuk berkembang. Dari sekelumit dinamika itulah ada pembelajaran.


Sumber gambar: http://lakubgt.com/2013/07/

Posted on Senin, Februari 09, 2015 by Unknown

No comments



Rakhmat Abril Kholis           
Ketua Umum    

    Seiring meningkatnya dinamika dalam hubungan internasional, mengakibatkan timbulnya kemungkinan-kemungkinan peningkatan faktor kepentingan dari tiap aktor yang bermain di dalamnya. Negara maupun non-negara, termasuk Islam. Pada perkembangannya dalam relasi internasional, Islam dinilai telah menunjukkan peningkatan aspek kepentingan yang sangat signifikan. Tulisan ini menjadi penting untuk menggambarkan bagaimana relasi antar negara antara pemerintahan Muslim dengan sesama Muslim atau dengan pemerintahan non-Muslim. Maka terdapat tiga kemungkinan pilihan yang akan diimplementasikan oleh sebuah pemerintahan Islam yakni berkaitan tentang War, Peace, dan ataukah Neutrality?

           Dalam Islam terdapat beberapa literatur ilmu yang terdiri dari Ushul Fiqh, Ushul Tafsir, dan Ushul Hadis yang menjadi landasan hermeunetika dalam Islam. Muhammad Haniff dalam karyanya ini secara tegas menggiring pembaca pada satu ide utama bahwasanya perdamaian adalah narasi utama Islam dalam kancah internasional, dan menolak ide-ide tentang peperangan abadi antara kaum Muslim dan non-Muslim yang seringkali diperankan oleh para kelompok Jihadis.

Posted on Senin, Februari 09, 2015 by Unknown

No comments

oleh: Rakhmat Abril Kholis
          Ketua Umum

Dialog antar Agama

            Jika ditelisik dari aspek sejarah, dialog antar agama sebenarnya telah lama menjadi sebuah tradisi di tengah-tengah masyarakat dunia. Dari sekian rentan waktu sejarah, dari sekian diversitas konteks yang ada, dan beragam manusia dari berbagai agama sejak dulu telah dipertemukan dalam area pertukaran ide antar agama demi memperoleh kesepemahan terbaik antar sesama. Tradisi ini juga bisa terbilang cukup sukses dalam  membangun sikap respect antar kalangan agama hingga mampu bersama mengelola kehidupan dengan saling bekerja secara kolektif.

            Pada saat yang sama, perkembangan pola telah mengubah pandangan kita tentang dunia. Setiap hari perkembangan gambaran masyarakat dan adat istiadat yang berbeda semakin membangkitkan rasa ingin tahu masyarakat. Terlebih lagi, tindakan kekerasan yang dilakukan atas nama agama semakin menjadi tantangan kita bersama. Bagaimana bisa kekerasan dibenarkan atas nama agama? Pertanyaan selanjutnya yakni, bagaimana kita bisa memahaminya? Bagaimana pula kita bisa mencegahnya?

Posted on Senin, Februari 09, 2015 by Unknown

No comments

Minggu, 08 Februari 2015

Cover Dua Sisi Umar buku copy
“Sosok Umar bin Khaththab itu unik. Pada dirinya terpancar dua sisi keteladanan. Ia pemimpin tapi merakyat. Ia ahli diplomasi tapi sangat menghormati hak orang lain. Ia tokoh zuhud yang membenci kemiskinan. Ia dikenal sangat berani tapi sering ditemukan menangis di keheningan malam. Ia sangat tegas tapi begitu lembut sehingga pendapatnya pernah dikalahkan hanya oleh usul seorang wanita tua.

Buku ini tak hanya bicara tentang Umar bin Khattab tapi juga para sahabat Rasulullah SAW yang lainnya. Kita akan belajar ketegasan dari sosok Abu Bakar ash-Shidiq dalam membasmi pembangkangan zakat dan nabi palsu. Kita juga akan bercermin kepada sosok Bilal bin Rabah yang merangkum banyak sisi keteladanan istiqamah, zuhud, ahli perang, dan rendah hati, bukan sekadar ‘Tukang Adzan’.



Ada juga teladan dari Abdullah bin Amr bin Ash. Selain sebagai ahli ibadah, putra sahabat Nabi SAW Amr bin Ash ini juga biasa menulis. Inilah yang membuatnya lebih dibanding Abu Hurairah. Semua kisah ‘lama’ itu dikaitkan dengan konteks kekinian sehingga Ia kembali menjadi ‘baru’.

Buku yang pernah best seller di Malaysia ini, kini berada di tangan anda.”

Diambil dari narasi di cover belakang Dua Sisi Umar Bin Khaththab, tanpa gubahan
Mudah-mudahan memotivasi untuk membaca.^^

#MuslimNegarawanCintaBaca

#TransformasiOrganisasi

Posted on Minggu, Februari 08, 2015 by Unknown

No comments

Posted on
Resume by : Popon Patonah

TEMPAT-TEMPAT PERSINGGAHAN
IYYAKA NA’BUDU
WA IYYAKA NASTA’IN
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

1. Mahabbah
Mahabbah (cinta) merupakan tempat persinggahan yang menjadi ajang perlombaan di antara orang-orang yang suka berlomba, menjadi sasaran orang-orang yang beramal dan menjadi curahan orang-orang yang mencintai. Cinta adalah ruh iman dan amal, kedudukan dan keadaan,
yang jika cinta ini tidak ada di sana, maka tak ubahnya jasad yang tidak memiliki ruh.
Sebab-sebab Yang Mendatangkan Cinta kepada Allah
1. Membaca Al-Qur’an dengan mendalami dan memahami makna maknanya, seperti yang dikehendaki, tak berbeda dengan menelaah buku yang harus dihapalkan seseorang, agar dia dapat memahami maksud pengarangnya.
2. Taqarrub kepada Allah dengan mengerjakan shalat-shalat nafilah sete-lah shalat fardhu,
3. Senantiasa mengingat dan menyebut asma-Nya dalam keadaan bagaimana pun, baik dengan lisan dan hati, saat beramal dan di setiap keadaan.
4. Lebih mementingkan cinta kepada-Nya daripada cintamu pada saat engkau dikalahkan bisikan hawa nafsu
5. Mengarahkan perhatian hati kepada asma’ dan sifat-sifat Allah, mempersaksikan dan mengetahuinya.
6. Mempersaksikan kebaikan, kemurahan, karunia dan nikmat Allah yang zhahir maupun yang batin,
7. Kepasrahan hati secara total di hadapan Allah.
8. Bersama Allah pada saat Dia turun ke langit dunia, bermunajat kepada- Nya, membaca kalam-Nya, menghadap dengan segenap hati, memperhatikan adab-adab ubudiyah di hadapan-Nya, kemudian menutup dengan istighfar dan taubat.
9. Berkumpul bersama orang-orang yang juga mencintai-Nya secara tulus,
10. Menyingkirkan segala sebab yang dapat membuka jarak antara hati dan Allah.

2. Cemburu
Di dalam Ash-Shahih juga disebutkan dari hadits Abu Salamah, dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihiwa Sallam bersabda,: “Sesungguhnya Allah itu cemburu dan sesungguhnya orang Mukmin itu cemburu. Kecemburuan Allah ialah jika hamba melakukan apa yang diharamkan-Nya.”
Cemburu ada dua macam: Cemburu dari sesuatu dan cemburu terhadap sesuatu. Cemburu dari sesuatu ialah kebencianmu kepada sesuatu yang bersekutu dalam mencintai kekasihmu. Sedangkan cemburu terhadap sesuatu ialah hasratmu yang menggebu terhadap kekasih, sehingga engkau merasa takut andaikan orang lain beruntung mendapatkannya atau ada orang lain yang bersekutu untuk mendapatkannya.
Al-Junaid berkata, “Aku pernah mendengar As-Sary berkata, “Rindu merupakan kedudukan yang mulia bagi orang yang memiliki ma’rifat. Jika dia dapat mewujudkan kerinduan itu, maka perhatiannya hanya tertuju kepada siapa yang dia rindukan. Karena itu para penghuni surga senantiasa merindukan Allah, sekalipun mereka dekat dan dapat melihat- Nya.”

3. Rindu
Allah befirman berkaitan dengan tempat persinggahan ini,”Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan Allah itu pasti datang.” (Al-Ankabut: Ada yang berpendapat, ini merupakan hiburan bagi orang-orang yang rindu. Dengan kata lain, Aku tahu bahwa siapa yang mengharap perjumpaan dengan-Ku, berarti dia rindu kepada-Ku. Aku telah mempercepat waktu baginya sehingga terasa dekat, dan waktu itu pasti akan datang. Sebab segala sesuatu yang akan datang itu dekat.
Cinta lebih tinggi daripada rindu, sebab rindu muncul dari cinta. Kuat dan lemahnya rindu ini tergantung kepada cinta.
Al-Junaid berkata, “Aku pernah mendengar As-Sary berkata, “Rindu merupakan kedudukan yang mulia bagi orang yang memiliki ma’rifat. Jika dia dapat mewujudkan kerinduan itu, maka perhatiannya hanya tertuju kepada siapa yang dia rindukan. Karena itu para penghuni surga
senantiasa merindukan Allah, sekalipun mereka dekat dan dapat melihat- Nya.”

Posted on Minggu, Februari 08, 2015 by Unknown

No comments