oleh: Rakhmat Abril Kholis
         Ketua Umum

      Memimpin merupakan proses menganalisis, memahami, hingga toleran akan tiap-tiap karakter anggota. Berbagai ragam corak perilaku manusia seyogyanya harus mampu diserap oleh seorang pemimpin demi mendapatkan instrumen terbaik dalam menggerakkan massa ataupun memutuskan sebuah kebijakan. 

      Tipologi anggota pastilah berbeda. Ada yang sangat pendiam, tertutup, dan harus terus di dorong untuk menuntaskan sebuah amanah. Ada juga yang malah hiperaktif, penuh gagasan namun minim aksi. Semua hanya berputar pada area wacana. Ada yang terlampau sulit untuk menerima kesepakatan, perasa, inginnya dimengerti, dan sulit melihat kondisi orang lain dari perspektif lain. Ada juga anggota yang perkataannya menentramkan, idenya mencerahkan, bahasanya tidak menyakitkan, dan mampu komitmen akan instruksi atasan. 

       Begitulah dinamika manusia dalam sebuah komunitas. Itulah kenapa banyak terdapat teori yang mejelaskan karakter asal seorang manusia. Ada yang berkata bahwa manusia terlahir jahat. Ada pula yang menyanggah bahwa tiap-tiap manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat baik.

    Antara pemimpin dan yang dipimpin hendaknya punya kesamaan ide. Kesamaan komitmen. Kesamaan langkah. Kesamaan perasaan dalam satu jamaah/organ. Kesamaan kepemilikan hingga kesamaan pemahaman bahwasanya terdapat frasa taat dan ditaati dalam sebuah lingkungan organisasi.

      Delapan tahun lebih saya berkecimpung formiil dalam sebuah tata kelembagaan dan selama itu pula saya banyak belajar bahwa manusia ingin sekali dimanusiakan. Pernah dulu akibat ketidaktaatan saya didiamkan. Pernah juga terlampau dibiarkan untuk berkembang. Dari sekelumit dinamika itulah ada pembelajaran.


Sumber gambar: http://lakubgt.com/2013/07/