Tanah Asal Muasal Kita
Atina Nabila - PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sumber gambar: http://cdn.khotbahjumat.com/wp-content/uploads/2013/04/mengingat-kematian.jpg
Sore hari yang
mendung, terdengar dari masjid suara pengumuman meninggalnya seorang kakek tua
yang sebatang kara. Kakek tersebut cukup dihormati penduduk desa karena Ilmunya
dan kesholihannya. Tersebutlan Kakek tersebut dalam masa tuanya, beraktivitas
sebagai penjaga masjid dan muadzin serta guru mengaji TPA. Maka ketika berita
kematiannya tersebar, berdatanglah ratusan penduduk desa ke masjid untuk
menyolatkak kakek tersebut. Suasana duka menyelimuti desa. Tak sedikit yang
berduka karena merasa sangat kehilangan sosok teladan yang saat ini sulit
dijumpai.
Adapun Adi,
seorang anak baik nan berbudi. Adi diajak abinya turut serta menyolatkan Kakek
soleh tersebut. Adi kecil masih berusia dua belas tahun. Adi adalah anak yang
cerdas dan sangat aktif. Di usianya yang belia ia menghafalkan Alquran. Kini
hafalannya mencapai juz 8 surat Al-A’raf. Adi anak kecil yang memiliki
pemikiran kritis, dia suka bertanya hal-hal yang membuat dia penasaran.
Setelah
disolatkan, kakek soleh pun diantarkan ke kuburan. Pemakaman berlangsung sangat
khidmat. Adi memperhatikan betapa sempitnya liang kubur yang akan dimasuki
Kakek Sholeh itu nanti. Adi tidak bisa membayangkan bagaimana bertahan di bawah
tanah yang pengap dan sendiri. Adi sedikit merinding dan takut. Dalam hatinya
muncullah pertanyaan.
Dalam perjalanan pulang, ia pun bertanya pada
Abinya.
“Abi, mengapa manusa meninggal harus dikubur
dalam tanah?”
tanya Adi.
tanya Adi.
Abi pun
menjawab” karena kita asalnya adalah dari tanah, Nak. Kita akan kembali ke
dalam bentuk asal muasal kita, melebur dengan tanah bumi dan dibangkitkan
ketika Allah memerintahkan di hari Kiamat nanti”.
“Mengapa Allah
memilih tanah sebagai penciptaan manusia?” tanya Adi selanjutnya.
“Adi dalam
surat Al-Araf yang saat ini Adi sedang hafalkan, telah diterangkan dalam
firmannya. Segala mahluk diciptakan dari zat yang disesuai kan dengat sifatnya.
Tanah adalah asal muasal manusia yang bersifat tawadhu dan sabar. api yang merupakan
asal muasal setan dan jin memiliki sifat sombong dan cerdik dalam menghasut.
Dan cahaya merupakan asal muasal malaikat memiliki sifat patuh. Itu semua
kehendak Allah yang memiliki tujuan dari setiap ketentuanNya.” Jawab Abi.
“Abi, apakah Allah
menciptakan manusia berasal dari tanah yang sekarang kita injak Abi?”
“Dalam Alquran
dijelaskan oleh FirmanNya bahwa manusia diciptakan dari tanah liat yang diberi
rupa dan bentuk. Abi juga tidak tahu tanah liat itu berasal dari mana. Nanti ketika
kita bangkit dari kubur maka unsur tanah kita, Allah bentuk kembali seperti
sediakala meskipun sebelumnya unsur tanah kita sudah bercampur dengan tanah
Bumi. Itu hebatnya Allah. “
“Bagaimana Allah membangkitkan kita nanti?”.
“Kebangkitan
sama seperti Allah menciptakan pada saat pertama kali. Sesungguhnya, kehidupan
di dunia ini berawal dari bumi yang kering alias mati, lalu Allah menurunkan
hujan sehingga bumi itu kembali hidup. Bumi yang hidup akan mengeluarkan
berbagai macam tumbuhan bentuk, warna dan rasanya. Ada yang batangnya merambat
ada yang tidak. Rasanya Ada kurma, zaitun, semangka apel. Bayangkan, padahal
Allah menurunkan hujan dari satu langit yang mengeluarkan bermacam-macam
tumbuhan. Tujuannya agar bisa dimanfaatkan mahluk lain yaitu hewan dan manusia.
Hewan yang bermacam-macam pun dapat dimanfaatkan dagingnya dan menjadi
kendaraan. Manusia yang bisa memanfaatkan tumbuhan dan hewan sebagai sumber
nutrisi akhirnya tumbuh dan berkembang biak. Maka Allah juga memerintahkan
manusia untuk menikah agar meneruskan keturunan. Sehingga banyaklah keturunan manusia
dari waktu ke waktu”. Jelas Abi, panjang lebar.
“Indah sekali.
Maha Suci Allah yang telah menciptakan kehidupan sesempurna itu Abi. Abi
bolehkah aku bertanya satu hal lagi?” dengan mata berbinar-binar dan rasa ingin
tahu tinggi.
“Boleh sayang,
tentu saja” Abi tersenyum. Dalam hatinya, ia bangga memiliki anak secerdas Adi
yang memilki pertanyaan luar biasa yang belum tentu orang dewasa menanyaknnya.
“Abi, apa
sesungguhnya sifat tanah itu? Aku ingin menirunya karena sesungguhnya diri kita
hanya tanah yang Allah lengkapi dengan
akal pikiran dan jiwa ” tanya Adi selanjutnya.
“tanah itu
memilki beberapa sifat yang wajib kita tiru. Pertama, tanah itu tawadhu Setiap
hari ia diinjak, diludahi, tempat membuang sampah, tempat menguburkan mayat.
Tapi ia senantiasa menerima takdir Allah atasnya. Kedua, Ia rendah hati dan
tidak marah sedikit pun kepada manusia maupun hewan yang menginjaknya. Ketiga, kaya
harta. Tanah media tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang dan kandungan perut
bumi seperti minyak bumi, batu, emas, dan berlian. keempat, ia kaya hati karena
berbagi kekayaannya dengan mahluk lain. Kelima sifat kemuliaan, meskipun ia
sering diinjak tapi tanah adalah tempat hamba Allah meletakkan kepalanya ketika
bersujud dan menampung air mata bagi hamba yang bertaubat dan takut pada Allah”.
Jelas Abi panjang lebar.
“Abi, terima
kasih. Kini aku mulai mengerti mengapa kita diciptakan dari tanah.” Pancaran
kebahagian muncul dari mata Adi yang bulat. Ia merasa puas dengan jawaban
Abinya.
“Abi bangga
engkau menjadi anak kritis. Sebagai hadiah, nanti jika kita sudah sampai fi rumah,
Abi akan buatkan susu coklat kesukaan Adi” Tawar Abi membuat Adi senyum-senyum
bahagia, sambil memikirkan susu coklat yang menggoda.
#KisahInspiratif ... Semoga menginspirasi
0 komentar:
Posting Komentar